-->

Awas! Salonisasi AC "Modus" melenyapkan kereta api kelas ekonomi

avatar Administrator | 17.167.5 - 0007 | , Minggu, 30 September 2012
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Korps KRD memberikan kesempatan kepada Anda untuk berpartisipasi menjadi relawan/kontributor materi pemberitaan dalam rangka memberikan input positif kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Selengkapnya klik disini


Disponsori Oleh : Arief Pulsa On KRD Ekonomi
KA Ekonomi tanpa AC lebih murah
Rencana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk “menambah” fasilitas air conditioner (AC) pada seluruh gerbong kereta api kelas ekonomi (K3) mulai tahun ini dan rampung pada tahun depan hanyalah “modus” untuk “melenyapkan” keberadaan kereta api kelas ekonomi yang dianggap tidak menguntungkan secara finansial bagi perusahaan yang katanya berplat merah tersebut. Ignasius Jonan (kelahiran Singapura 21 Juni 1963) Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero) jauh – jauh hari sudah sesumbar bahwa mulai 2013 semua gerbong di rangkaian kereta api kelas ekonomi akan dilengkapi fasilitas pendingin udara (air conditioner – ac, read). Pemasangan Ac tersebut di gerbong rangkaian kereta api kelas ekonomi (K3) sudah berjalan dan dipergunakan pada angkutan lebaran tahun ini, dengan tarif bervariasi mulai dari Rp. 80.000.- Tarif tersebut mencapai 3x lipat dari kereta api kelas ekonomi regular, yang hanya Rp. 19.500.- sampai dengan Rp. 35.000.- Hal tersebut tentu merupakan sinyal merah untuk masyarakat kurang mampu yang mengandalkan transportasi masal kereta api kelas ekonomi regular. Masyarakat menjadi korban dengan “dipaksa” untuk beralih ke moda transportasi lain jika tidak mampu merogoh kocek lebih dalam untuk menggunakan kereta api kelas ekonomi plus ac. Padahal, saat ini masyarakat menengah kebawah sedang mengalami kesulitan finansial. Selain karena meningkatnya harga - harga kebutuhan pokok, lahan pekerjaan dan kesempatan usaha di sektor informal  untuk memperoleh penghasilan masih jauh dari harapan. Dikhawatirkan, kekecewaan masyarakat menengah kebawah sebagai bentuk rasa frustasi mereka berakhir pada perilaku tidak terpuji, seperti “nekad” naik tanpa memiliki karcis, “bayar langsung diatas”, sampai tindakan anarkis berupa vandalisme dan sabotase.

“Modus” Melenyapkan Kereta Api Kelas Ekonomi
KA Ekonomi Regular Sudah Cukup. Tidak perlu AC.
Mengapa dikatakan “modus”? Dugaan ini wajar, bukan tanpa argument yang mendasar. Sebab, sejak dahulu PT. Kereta Api Indonesia (Persero) senantiasa memperlakukan kereta api kelas ekonomi (K3) seperti “anak tiri”. Berbagai fasilitas utama untuk kenyamanan dan keamanan penumpang diminimalisir. Lebih memprihatinkan lagi, upaya perawatan dan memperbaiki kerusakan fasilitas tersebut selalu terkesan relatif asal - asalan. Alasan klasik selalu didengungkan, dengan dalih pembayaran Public Service Obligation (PSO – Subsidi, Read) dari pemerintah selalu terlambat dan jumlahnya kurang mencukupi untuk biaya operasional. Lantas, apakah benar? Berdasarkan pemberitaan di beberapa media, tahun ini jumlah Public Service Obligation (PSO – Subsidi, Read) yang dialokasikan pemerintah untuk PT. Kereta Api Indonesia (Persero) mengalami peningkatan menjadi 800 milyar rupiah, dari tahun sebelumnya dialokasikan sebesar 700an milyar rupiah. Tentu saja relatif cukup untuk operasional kereta api kelas ekonomi (K3) regular dan jika masih dianggap kurang, seharusnya perusahaan milik Negara hasil warisan “gono gini” pemerintah Belanda dan Pejuang Indonesia ini mampu “melobi” para wakil rakyat di DPR untuk meningkatkan besaran alokasi dana PSO. Begitupun dengan alur dan proses pencairannya, harus bisa dioptimalkan sefektif dan seefisien mungkin.
KA Ekonomi Regular tanpa AC sudah bagus dan nyaman
Air Conditioner (AC, Read) adalah kebutuhan tertier. Untuk sebagian kalangan, AC tentu sangat menunjang kesegaran dan kesejukan terutama saat udara terasa panas dan menyengat. AC cocok dipasang di ruangan - ruangan yang dihuni oleh hiruk pikuk kesibukan orang banyak, seperti tempat perbelanjaan, perkantoran, dan ruang tunggu. Oleh karena itu, pengamat transportasi kereta api, Arief Rahmat Pamungkas tidak habis pikir dengan kebijakan pemasangan AC pada seluruh gerbong di rangkaian kereta api kelas ekonomi (K3). Karena, pengguna AC tentu saja relatif, dimana AC diperlukan untuk keadaan situasional, bukan kebutuhan dasar manusia. Seperti halnya masyarakat pengguna kereta api kelas ekonomi (K3) yang sebagian besar diantaranya “alergi” dengan AC. Mengingat, sebagian besar perjalanan kereta api kelas ekonomi (K3) ditempuh pada malam hari, seperti kereta api Kahuripan, Kutojaya Selatan, Serayu 143, dan Serayu 144. Di malam hari, sebagian besar pengguna kereta api kelas ekonomi (K3) lebih memilih beristirahat dengan tidur. Tentu saja, selain udara malam yang sangat dingin, dengan menyalanya AC akan semakin membuat pengguna kereta api menggigil kedinginan. Akhirnya, pengguna kereta api harus kembali “merogoh” koceknya untuk menyewa selimut dan membeli kaus kaki. Sebenarnya, pemasangan kipas angin dengan kapasitas dan kualitas seperti di kereta api kelas bisnis (K2) lebih rasional dan mengakomodir aspirasi sebagian masyarakat pengguna kereta api yang “doyan” dengan dinginnya AC. Seperti halnya kipas angin pada kereta api kelas bisnis (K2) Mutiara Selatan, dimana pengoperasiannya dapat disesuaikan sesuai kebutuhan pengguna. Selain itu, investasi yang dikeluarkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) relatif murah dan hemat energi (salah satu komitmen untuk go green dan save energy). Bandingkan saja, berdasarkan pemberitaan di media, satu set AC untuk satu rangkaian kereta api menelan biaya investasi sampai lima puluh juta rupiah. Sementara itu, dengan kipas angin konvensional sebagai jawaban dan solusi alternatif tentu harganya jauh lebih hemat dan efektif untuk dipergunakan di kereta api kelas ekonomi (K3).
Sebagian orang beranggapan, pemasangan AC ditujukan untuk menunjang dan mengefektifkan peraturan larangan merokok dan pedagang asongan di dalam kereta api kelas ekonomi (K3). Tentu anggapan tersebut perlu diluruskan, mengingat kereta api kelas Eksekutif (K1) yang telah lebih dahulu dilengkapi fasilitas AC tidak berjalan efektif. Perokok terus mencari celah, mulai dari memanfaatkan bordes, toilet kereta api, dan tempat lain dimana tidak terawasi dengan baik oleh awak kereta api. Sementara itu, pedagang asongan tidak mau kalah cerdik, apapun dilakukan untuk tetap mempertahankan “eksistensi” mata pencaharian utamanya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarganya.

Siapa yang diuntungkan?
KA Ekonomi AC, mahal dan pemborosan energi.
Dengan “lenyapnya” kereta api kelas ekonomi (K3) regular, tentu popularitas kereta api komersial kelas Bisnis (K2) dan Eksekutif (K1) akan diuntungkan dari “kelimpahan” durian runtuh. Bukan tidak mungkin, mengingat rentang harga yang tidak jauh berbeda, membuat orang yang memiliki “rezeki” lebih akan memilih menggunakan salah satu dari kedua kelas “bergengsi” tersebut untuk mendapatkan pelayanan “ekstra”. Sementara itu, untuk mereka yang kemampuan ekonominya pas - pasan, harus rela gigit jari dan menahan kerinduannya untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Sebagai perusahaan jasa transportasi masal berplat merah, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) mengklaim harus memiliki dan meningkatkan “benefit” kedepannya, tidak seperti dahulu yang terus menerus mendapatkan kerugian. Hal tersebut tentu berimplikasi positif, dengan syarat tidak “mengorbankan” dan “memeras” masyarakat menengah kebawah.
Menarik dengan pesan Gubernur DKI Jakarta ke 14, Sutiyoso, dalam sebuah acara di televisi swasta nasional, mengatakan bahwa transportasi tidak melulu harus mengambil untung, karena keuntungan yang lebih berharga adalah keuntungan lain diluar substansi komersial transportasi, seperti beralihnya masyarakat dari alat transportasi pribadi ke alat transportasi masal, penghematan jutaan barel Bahan Bakar minyak (BBM), sampai terciptanya lapangan pekerjaan baru untuk pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) operasional jasa transportasi.

Tarif Mahal
Petugas sedang memasang AC di kereta api ekonomi
Dengan tarif mulai dari delapan puluh ribu rupiah, “investasi” PT. Kereta Api Indonesia (Persero) akan menghasilkan benefit yang sangat besar dari selisih tarif awal sebesar 50 sampai 400%. Salah satu contohnya adalah tarif kereta api kelas ekonomi (K3) Kutojaya Selatan Regular saat ini adalah Rp. 19.500,- (Sudah termasuk PSO). Lonjakan tarif yang cukup signifikan mencapai 400% dengan tarif .kereta api kelas ekonomi (K3) Kutojaya Selatan plus AC sebesar delapan puluh ribu rupiah. Memberatkan bukan? Selain itu, masih terbesit pertanyaan, apakah tarif tersebut sudah termasuk kategori bersubsidi dan disetujui oleh Pemerintah? Sebagian besar penduduk Indonesia adalah kalangan menengah kebawah, begitupun dengan pengguna kereta api di negeri kaya akan koruptor ini. Kebanyakan, perantau yang menggunakan kereta api kelas ekonomi (K3) adalah pekerja kasar dan serabutan yang berpenghasilan rendah, berkisar Rp. 30.000 s.d. 50.000.- /hari. Tentu upah yang mereka dapatkan hanya cukup untuk menafkahi anak dan istri sehari - hari. Itupun masih jauh dari cukup, untuk mereka yang memiliki anak lebih dari dua dan berstatus sebagai anak sekolah akan semakin kebingungan. Terlebih, jika PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak “manusiawi” dengan memaksakan penambahan AC dan menaikan tarif secara sepihak tanpa melibatkan pemerintah dan stakeholder. Kalkulasi sederhana, dengan tarif delapan puluh ribu rupiah untuk kereta api kelas ekonomi (K3) plus Ac, maka diperlukan sedikitnya Rp. 320.000.- untuk dua orang dewasa perjalanan pulang pergi (Catatan : Anak tidak disertakan). Belum termasuk cost belanja penganan oleh - oleh dan biaya lain yang tidak terduga. Sementara, dengan tarif kereta api kelas ekonomi (K3) regular “termahal” yang ada saat ini sebesar Rp. 35.000.- akan sangat membantu mereka yang secara ekonomi kurang beruntung. Dengan Rp. 140.000.- untuk dua orang dewasa, bisa melakukan perjalanan pulang pergi. Selain itu, dapat berbagi kebahagiaan dengan keluarga di kampung halaman dan berbagi rezeki bersama pedagang asongan selama diperjalanan.

Prioritaskan kepentingan yang lebih mendesak
Arief Rahmat Pamungkas saat bersama Gubernur Jawa Barat
Ketimbang terus menerus “mengurusi” AC, sebaiknya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) bersama - sama dengan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas angkut penumpang kereta api kelas ekonomi (K3). Formulanya dapat dengan penambahan gerbong kereta api untuk penumpang di kontrak PSO, yang semula 4 sampai 5 gerbong untuk penumpang, menjadi 7 sampai 8 gerbong untuk penumpang. Masukan tersebut tentu dengan memperhatikan tambahan 1 gerbong kereta makan berpembangkit listrik, serta meniadakan gerbong penghalang (aling - aling). Sehingga, tetap sesuai dengan kemampuan maksimum daya tarik lokomotif. Terutama, untuk kereta api jarak dekat relasi Cicalengka - Padalarang (PP) Kereta Api rel Diesel (KRD) Bandung Raya Kelas Ekonomi (K3). Penambahan kapasitas angkut dari 2 gerbong penumpang dapat meningkatkan okupansi penumpang dan potensi pendapatan perusahaan. Untuk mensiasati kebocoran karcis, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dapat mensiasatinya dengan reward berupa bonus hadiah undian dan punishment berupa larangan naik kereta api selama 1 tahun seperti di Negara - Negara maju.
Print :
Print Friendly and PDF
| Penting : Publikasi dan kutipan wajib menyertakan www.korpskrd.blogspot.com

+ komentar + 5 komentar

1 Oktober 2012 pukul 01.41

Benar, kalo taun depan ga ada ekonomi biasa, ongkos teh ngabengkak. Saya mah teu butuh AC, percuma da malam mah dingin.

1 Oktober 2012 pukul 01.44

AC bagus tuh, tapi yg manual on off per kursi penumpang. Tarifnya jgn naik! kalo naik tarif aku ga setuju! Harus tetep disubsidi ya..

1 Oktober 2012 pukul 23.46

Aduh engga banget deh AC, ga penting. Tarif jadi naik cuma untuk AC? Tidak setuju!

17 Mei 2013 pukul 05.28

lebih baik kaya taun kemarin diselipkan aj gerbong ac 1 atau 2 gerbong aj....

Anonim
6 April 2014 pukul 22.39

tapi setidak nya lebih nyaman lah ya, naik nya juga gk bgtu berat kok..

Posting Komentar

 
Contact : Redaksi | Kontributor | Administrator
Copyright © 2012.- KORPS KRD - All Rights Reserved
Terima Kasih Kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung
Credit Poin to Creating Website Maskolis Special Thank's to Blogger